KISAH MENYENTUH HATI! JANGAN PERNAH TABUR BUNGA DI ATAS MAKAM AYAHMU NAK.. BERIKUT INI CERITA DAN SEBABNYA!

Join Telegram Taman Ilmu Di Bawah

Telegram

ANAKKU, sebelum jenazah ayahmu dikebumikan izinkan ibu menyampaikan wasiat beliau,” ujar seorang perempuan sambil memegang jasad suaminya yang telah terbalut kafan. “Wasiat apakah itu, Bu. Jika memang boleh ditunda, baiknya menunggu sesudah jenazah ayah dikebumikan saja.”

Join Group Koleksi Kata Hikmah
Kami Sokong Ustaz Ebit Lew

“Tidak boleh. Wasiat ini mesti disampaikan sekarang. Almarhum bapa berwasiat agar jangan ada yang menaburkan bunga di atas kuburnya.”

Sang anak terkejut. Bukankah menaburkan bunga di atas makam merupakan aktiviti yang lazim dilakukan? “Maaf, Ibu. Benarkah almarhum ayah berwasiat demikian?

Bukankah dalam sebuah Hadis Riwayat Muslim diriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Saya melewati dua buah kubur yang penghuninya tengah diadzab. Saya berharap adzab keduanya dapat diringankan dengan syafa’atku selama kedua belahan pelepah tersebut masih basah ‘.

Jika demikian, pemberian benda termasuk bunga selama keadaan masih basah bertujuan untuk meringankan azab seseorang yang telah meninggal dunia? “Ujar sang anak menyanggah pendapat ibunya.

“Dalam Quran Surah Al-Isra: 44, Allah berfirman, ‘Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada-Nya. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.

Sesungguhnya Dia lagi Maha Pengampun. ‘Sehingga, tidak terdapat bukti yang menunjukkan bahawa pelepah kurma atau bunga akan berhenti bertasbih jika dalam keadaan kering. “” Jika demikian, mengapa Nabi Muhammad melakukan perkara tersebut? “” Anakku, perbuatan Nabi SAW tersebut bersifat kasuistik (waqi’ah al-‘ain) dan termasuk kekhususan beliau sehingga tidak boleh dianalogikan atau ditiru.

Hal ini kerana beliau tidak melakukan hal yang sama pada kubur-kubur yang lain. Begitu pula para sahabat tidak pernah melakukannya.

Sehingga keringanan azab kubur yang dialami kedua penghuni kubur tersebut adalah disebabkan doa dan syafaat Nabi SAW kepada mereka, bukan pelepah kurma tersebut. ”

Keadaan hening. Sang anak mula mencerna, apakah perkataan ibunya memang benar. Lalu jika benar, mengapa tabur bunga begitu banyak dilakukan? Tiba-tiba, Ibunya kembali menyambung perbualannya.

“Anakku, ketahuilah ada seorang ulama hadis Mesir, Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah mengatakan, ‘Perbuatan ini (tabur bunga) digalakkan oleh kebanyakan orang, padahal hal tersebut tidak mempunyai sandaran dalam agama. Hal ini dilatarbelakangi oleh sikap berlebih-lebihan dan sikap mengekor kaum Nasrani . ”

Ibunya kembali berkata, “Apa yang terjadi, khususnya di negeri Mesir merupakan contoh dari hal ini. Orang Mesir pun melakukan tradisi tebar bunga di atas pusara atau saling menghadiahkan bunga sesama mereka. Orang-orang meletakkan bunga di atas pusara kerabat atau rakan sekerja mereka sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang telah meninggal dunia, ‘(Ta’liq Ahmad Syakir terhadap Sunan At Tirmidzi 1/103, dinukil dari Ahkaamul Janaaizhal. 254). dari itulah, mengapa almarhum ayahmu berkeras agar makamnya tidak ditaburi bunga. ”

“Baiklah, Bu. Jika memang demikian baiknya wasiat ayah dilaksanakan. Semoga saja, apa yang menjadi wasiat ayah bernilai kebaikan. Aamiin.” “Satu perkara lagi yang perlu dirimu tahu, bahawa Nabi Muhammad SAW tentu diberi mukjizat oleh Allah atas kemampuannya melihat azab kubur. Sehingga secara khusus melakukan demikian. Sedangkan apabila kita yang melakukan dikhuatiri mengandungi sindiran dan celaan kepada penghuni kubur.”

Ibunya menegaskan, “Jika menabur bunga dijadikan alasan untuk meringankan azab, hal tersebut merupakan salah satu bentuk berburuk sangka (su’uzhan) kepada penghuni kubur, kerana menganggapnya sebagai pelaku m @ ks! At yang tengah diazab oleh Allah di dalam kuburnya sebagai balasan atas perbuatannya di dunia. Padahal, kita tidak mengetahui apakah penghuni kubur tersebut diazab atau tidak. Pengetahuan kita terhadap alam ghaib tidak boleh disejajarkan dengan Nabi Muhammad.

Sekian Terima Kasih.dipersilakan share jika bermanfaat untuk anda semua.

Inilah Golongan Pertama Yang Masuk Neraka | Ramai yang tertanya-tanya dan ada juga yang tidak peduli golongan mana yang akan masuk neraka dahulu, sedangkan mereka tahu neraka itu amat pedih dan seksaannya tidak dapat digambarkan.
Inilah Golongan Pertama Yang Masuk Neraka
Imam Muslim berkata :
“Telah mengabarkan kepada kami daripada sumber beberapa sahabat dia maka berkatalah Naatil bin Qais al Hizamy Asy-Syamiy :

“Wahai Abu Hurairoh, ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang engkau telah dengar dari Rasulullah saw ?”
“Ya, aku akan ceritakan, jawab Abu Hurairah.

Abu Hurairah berkata :

“Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda :

“Sesungguhnya manusia pertama yang di adili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah.
Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya.

Allah bertanya kepadanya : Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?
Ia menjawab, “Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.”
Allah berkata : “Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).”

Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka.

Selanjutnya Rasulullah melanjutkan sabdanya :
“Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya.
Kemudian Allah menanyakannya : Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?

Ia menjawab : Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Quran hanyalah karena Engkau.

Allah berkata : Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari (pembaca al-Qur-an yang baik).

Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu). Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.

Rasulullah melanjutkannya :
“Berikutnya adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda.
Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?

Dia menjawab : Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.

Allah berkata, Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu). Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.

HR. Muslim

Hadis di atas menjelaskan tentang bahayanya riya dalam beramal. Syarat pokok diterima suatu amal shalih adalah ikhlas karena Allah semata, dan amal tersebut harus sesuai dengan tuntunan sunnah dari Rasulullah saw.

Ibnu Katsir berkata :
“Inilah dua landasan amal yang diterima, iaitu : Ikhlas karena Allah dan sesuai dengan Sunnah Rasulullah.”

Hadits di atas menjelaskan tentang adanya tiga golongan manusia yang awal dimasukkan ke dalam neraka dan tidak mendapat penolong selain Allah.

Mereka membawa amal yang besar, tetapi mereka melakukannya karena riya, ingin mendapatkan pujian dan sanjungan. Sehingga Allah mengeraskan lebih pedih lagi adzab untuk mereka.

Pelaku riya, kelak dihari pengadilan, wajahnya diseret secara tertelungkup sampai masuk ke dalam neraka.
Oleh karena itu, hendaklah kita senantiasa berusaha untuk meluruskan niat dalam setiap amal ibadah. Jangan pernah kita beramal karena riya atau mengharapkan pujian dan sanjungan.

sumber apa celita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *